Wednesday, April 23, 2014

Perang Puisi di Pemilu 2014

Pemilihan Umum (Pemilu) Republik Indonesia Tahun 2014 merupakan pesta demokrasi dimana rakyat Indonesia menggunakan hak politiknya memilih dan dipilih. Pemilu 2014 dibagi dalam dua tahapan, yaitu Pemilihan Anggota Legislatif atau DPR/DPD/DPRD Provinsi dan DPRD Kaupaten dan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden RI.

Pemilu 2014 seperti pemilihan dimanapun tak lepas dari perang isu antar partai politik maupun pendukung Calon Presiden/Wakil Presiden. Menariknya pada Pemilu 2014 kali ini kita disajikan perang isu melalui puisi dari para politisi maupun pakar politik. Mari kita simak beberapa puisi karya para pujangga politisi kita yang dikumpulkan dari berbagai sumber.

1. Prabowo Subianto

"Asal Santun"

Boleh bohong, asal santun.
Boleh nipu, asal santun.
Boleh curi, asal santun.
Boleh korupsi, asal santun. Boleh ingkar janji, asal santun.
Boleh jual negeri, asal santun.
Boleh menyerahkan kedaulatan bangsa, asal santun

Prabowo Subianto, 23 Maret 2014


2. Fadli Zon

"Air Mata Buaya"

Kau bicara kejujuran sambil berdusta
Kau bicara kesederhanaan sambil shopping di Singapura
Kau bicara nasionalisme sambil jual aset negara
Kau bicara kedamaian sambil memupuk dendam
Kau bicara antikorupsi sambil menjarah setiap celah
Kau bicara persatuan sambil memecah belah
Kau bicara demokrasi ternyata untuk kepentingan pribadi
Kau bicara kemiskinan di tengah harta bergelimpangan
Kau bicara nasib rakyat sambil pura-pura menderita
Kau bicara pengkhianatan sambil berbuat yang sama
Kau bicara seolah dari hati sambil menitikkan air mata
Air mata buaya

Fadli Zon, 26 Maret 2014



"Sajak Seekor Ikan"

Seekor ikan di akuarium
Kubeli dari tetangga sebelah
Warnanya merah Kerempeng dan lincah
Setiap hari berenang menari
Menyusuri taman air yang asri
Menggoda dari balik kaca
Menarik perhatian siapa saja
Seekor ikan di akuarium
Melompat ke sungai bergumul di air deras
Terbawa ke laut lepas
Di sana ia bertemu ikan hiu, paus dan gurita
Menjadi santapan ringan penguasa samudera

Fadli Zon, 29 Maret 2014


"Sandiwara"


KAU berjanji atas nama Tuhan
di bawah sumpah kitab suci Al Quran
kau bilang lima tahun pengabdian
melayani warga penuh kesungguhan
kau berjanji di hadapan rakyat
disaksikan berjuta mata dan telinga
kau bilang setia memegang amanat
menyelesaikan masalah berat ibukota
kini semua sirna sudah
janji dan sumpah menjadi sampah
kata-kata kehilangan makna
tong kosong nyaring bunyinya
kau berjanji pada rakyat
di tengah upacara khidmat
Tuhan hadir di sana
ternyata kau hanya bersandiwara

Fadli Zon, 31 Maret 2014



'Menuju Indonesia Raya':

Indonesia tak akan hebat
Kalau pemimpin tidak amanat
Indonesia tak akan hebat
Kalau koruptor semakin kuat
Indonesia tak akan hebat
Karena kau jual Indosat
Indonesia tak akan hebat
Kalau dirawat kaum khianat
Indonesia tak akan hebat
Karena rakyat belum berdaulat

Indonesia akan bangkit
Kalau pemimpin tidak sakit
Indonesia akan makmur
Kalau koruptor segera dikubur
Indonesia akan jaya
Kalau rakyat berkuasa
Indonesia akan jadi macan Asia
dengan gerakan Indonesia Raya

Fadli Zon, 1 April 2014


Sajak Tentang Boneka

Sebuah boneka
Berbaju kotak merah muda
Rebah di pinggir kota

Boneka tak bisa bersuara
Kecuali satu dua kata
Boneka tak punya wacana
Kecuali tentang dirinya
Boneka tak punya pikiran
Karena otaknya utuh tersimpan
Boneka tak punya rasa
Karena itu milik manusia
Boneka tak punya hati
Karena memang benda mati
Boneka tak punya harga diri
Apalagi nurani

Dalam kamus besar boneka
Tak ada kata jujur, percaya dan setia
Boneka bebas diperjualbelikan
Tergantung penawaran
Boneka jadi alat mainan
Bobok-bobokan atau lucu-lucuan
Boneka mengabdi pada sang tuan
Siang dan malam

Boneka bisa dipeluk mesra
Boneka bisa dibuang kapan saja

Sebuah boneka
Tak punya agenda
Kecuali kemauan pemiliknya

Fadli Zon, 3 April 2014.



Raisopopo
aku raisopopo
seperti wayang digerakkan dalang
cerita sejuta harapan
menjual mimpi tanpa kenyataan
berselimut citra fatamorgana
dan kau terkesima

aku raisopopo
menari di gendang tuan
melenggok tanpa tujuan
berjalan dari gang hingga comberan
menabuh genderang blusukan
kadang menumpang bus karatan
diantara banjir dan kemacetan
semua jadi liputan
menyihir dunia maya
dan kau terkesima

aku raisopopo
hanya bisa berkata rapopo

Fadli Zon, 16 April 2014



Pasukan Nasi Bungkus

Kami pasukan nasi bungkus
Laskar cyber pejuang di belakang komputer
Senjata kami facebook dan twitter
Menyerang lawan tak pernah gentar
Patuh setia pada yang bayar

Kami pasukan nasi bungkus
Hidup dari cacian dan fitnah harian
Tetap gagah bertopeng relawan
Tak kenal menyerah selalu melawan
Identitas diri jarang ketahuan

Kami pasukan nasi bungkus
Punya sejuta akun siluman
Bagai pedang terhunus
Siap menghujam setiap orang

Kami pasukan nasi bungkus
Tak takut dosa apalagi neraka
Kami bisa tertawa di balik luka
Demi sebungkus nasi dan kiriman pulsa

Fadli Zon, 20 April 2014


Sajak Orang Hilang

orang hilang tak tentu rimba
lenyap seperti ditelan bumi
berbaris nama setiap masa
merajut duka tiada henti

ribuan orang hilang di Madiun sembilan belas empat delapan ratusan ribu orang hilang dalam revolusi sembilan belas enam puluhan ribuan orang hilang ditembak misterius sembilan belas delapan puluhan
belasan orang hilang sembilan belas sembilan belas sembilan delapan orang-orang hilang berbaris sepanjang zaman

orang hilang tak pernah pulang
dinanti keluarga setiap hari
air mata beku kering kerontang
tak jelas nasib hingga kini

orang hilang dimana-mana
di pasar-pasar becek tempat belanja
di mal-mal mewah setiap kota
di sekolah sampai tempat ibadah
di gang sempit hingga jalan-jalan raya
orang hilang dimana-mana

orang hilang harus dicari
jangan cuma jadi komoditi
orang hilang harus disidik
jangan disulap alat politik

Fadli Zon, 9 Mei 2014


3. Firman Tendry

Teriakan di atas Kuda

Di atas kuda kau teriak tentang kerakyatan.
Saat bintangmu bersinar kau berangus kehidupan.
Dimana petani kau sejahterakan?
Dimana buruh kau muliakan?
Tak perlu senjata, cukuplah kata tuk membunuh.
Rakyat yang berbeda menjadi musuh.

Firman Tendry, 31 Maret 2014



4. Fahmi Habcyi


PEMIMPIN TANPA KUDA

Masa kompeni telah berlalu lama
Tak ada jarak rakyat dan centeng
Masa perang telah berganti damai
Tak ada jarak prajurit dan panglima
Masa gagah-gagahan telah tak laku
Tak ada jarak manusia dan manusia
Kejantanan telah berubah
Tak ada amarah dipunggung kuda
Bung Karno blusuk Cipagalo beralas nestapa
Temukan Marhaen tanpa asa
Pemimpin tak perlu kuda
Rakyat tak suka gaya
Cukup Tuhan Punya Kuasa

Fahmi Habcyi, Cianjur 30 Maret 2014



REMPONG

Seribu caci maki diungkap
Seribu sumpah serapah diucap
Sejuta cara membara Sejuta siasat menjerat
Tapi. . . .
Sejuta doa melesat Sejuta asa terangkat
Ini bukan perang pandawa dan kurawa Juga bukan dunia samudera
Hanya 'perang kembangan' dalan pewayangan
Tak ada gurita juga paus hanya anak negeri mengabdi
Berikan cinta untuk negeri Berikan bukti untuk sanubari
Sejarah tak mungkin dipungkiri
Sejarah juga tak akan lupa

Jejak diri terbawa mati
Jejak ilahi selalu abadi
Nyepi teringat Krisna berucap pada Arjuna : "Karmanye Vadhikaraste Ma Phaleshu Kadachana"
Lakukan tugas jangan hitung untung rugi!
Bukankah kitab-Nya tertulis : Mereka berencana (jahat), Allah juga punya rencana (jahat), dan Allah sebaik-baiknya perencana. . . .
Gitu aja kok rempong. . . .!

Fahmi Hacyi, untuk Indonesia Raya nan Hebat
Lido, Nyepi 31 Maret Tahun Saka 1936



AKU ISO OPO
Aku bisa angkut lawan tapi wajibku tawan
Aku bisa melesat bintang tapi negeri mencabut dengan lantang
Aku tak bisa susah karena terbiasa mudah
Aku tak bisa salah karena terbiasa marah
Aku tak bisa blusuk karena takut kutu busuk
Aku teriak cinta negeri asal sumber alam tuk kusendiri
Aku entah dimana saat bangsaku merana
Aku pulang rakyat masih menentang
Aku pun bukan ksatria dalam "perang kembang"
Tapi mungkin ratu adil di negeri para cakil
Aku iso : Bukan mimpin kotamadya karena hargaku jauh di atas rata-rata
Bukan pula gubernur karena itu tak buatku makmur di atas Equestrian di depan boneka-boneka kuteriak: "Aku iso mimpin negeri !"
Jangan tanya aku iso opo?
Dorrr.......!!!

Lenteng Agung, 16 April 2014 FAHMI HABCY


KEMBALIKAN MAS WIDJI......

Kau rebutnya dari pangkuanku
Ditengah semangatnya yang menghunjam bumi
Kau buang dirinya dari ibu pertiwi
Ditengah kata-katanya membuatmu bergetar

Kau pikir dia menghilang
Ditengah malam bergerak
Susuri jiwa-jiwa muda yang berteriak melawan
Tak akan bisa suara dibungkam
Walau jasadnya kau benam

Kau pikir dia telah tiada
Ditengah siang membara
Tak akan bisa kata ditindas
Walau satria berkuda menghempas

Kau butakan mata kanannya
Kau patahkan tulang-tulangnya
Batinnya tak pernah tidur
Rangkanya tak pernah rapuh

Kau salah, kau pikir :
Dia tak pernah dipecat oleh sejarah
Juga tak pernah lari dari negeri

Kau tahu arti wiji?
Buahnya pun kalian nikmati
Walau ditabur digurun yang mati

Kembalikan Mas Widji!
Atau kaupun tak berhak kembali
Bubar jalan !!!

Fahmi Habcy, Ragunan, 19 April 2014



5. Ikrar Nusa Bakti


Aku Rapopo

Aku bukanlah seorang jenderal berkuda
Tak tampak gagah nan berwibawa
Aku bukanlah seorang pengusaha punya banyak timbunan harta

Aku hanyalah orang desa.
Tak pernah mimpi menjadi penguasa
Aku telah menjadi pemimpin keluarga
Dengan anak istri yang membuatku bangga

Aku tak memiliki media, tak sering pula membuat pariwara.
Tapi aku selalu menjadi obyek berita.
Aku tak pandai bersyair, apa lagi syair bernada satir.
Tapi aku tahu rakyat Indonesia pandai berpikir.

Aku tak biasa berperang, apa lagi melawan jenderal berbintang.
Bagiku rakyat adalah pemenang.

Aku Rapopo di bilang ikan kerempeng, kerempeng badan tambun pemikiran.
Aku Rapopo dibilang buaya, buaya kuat penegak keadilan.
Aku Rapopo dianggap wayang dan boneka, boneka rakyat dengan dalang Tuhan.


Ikrar Nusa Bakti, 3 April 2014


6. Fitri Nganthi Wani

Tak Berjenggot Kebakaran Jenggot

Dia yang tak berjenggot
Kebakaran jenggot
Pelaku teriak pelaku
Lucu lucu lucu

Dia yang tak berjenggot
Kebakaran jenggot
Terbatas merdekanya
Maju kena mundur kena

Dia yang tak berjenggot
Kebakaran jenggot
Jungkir balik jilat pantat si bos
Menculik dan membunuh nuraninya sendiri

Kemarilah kawan
Aku ingin jadi temanmu
Kita harus jujur
Atas hati masing-masing
Di sini kamu akan nyaman
Bukan karena uang, bukan
Tapi karena kebenaran

Tapi sayang beribu sayang
Bagimu aku bukan levelmu
Yang mumpuni soal politik
Segalanya kau sebut politik
Bahkan perjuangan tulus
Seorang anak
Yang mencari bapaknya

Dia yang tak berjenggot
Kebakaran jenggot
Kasihan betul
Ruang mata kosong melompong
Mayat hidup
Bukan manusia

10 Mei 2014

Share :

1 comment:

  1. puisinya keren,,, penghangat sekaligus pendingin suasana pemilu >salut
    http://goo.gl/6gziEe

    ReplyDelete