Sunday, July 28, 2013

Menanti Sentuhan Akhir dari Sang Pemimpin

Sentuhlah dia
Tepat di hatinya
Dia kan jadi milikmu selamanya
Sentuh dengan setulus cinta
Buat hatinya sampai melayang

Sepenggal lirik lagu "Rahasia Perempuan" Ari Lasso diatas seakan mengingatkan kita pada bagaimana seharusnya mencuri hati seorang perempuan. Perempuan yang bagi banyak lelaki normal merupakan sesuatu yang "misteri" kadang sulit dipahami, rumit dimengerti bahkan bisa menyebabkan serangan kegalauan. Namun sangat dibutuhkan dalam perjalanan hidup seorang lekaki didunia ini. Takdir seorang pria akan berpasangan dengan seorang lelaki hanya Tuhan yang tahu. Akan tetapi proses menuju takdir tersebut sangat ditentukan oleh yang namanya "sentuhan" dari seorang lelaki pada seorang perempuan.

Sentuhan akhir atau finishing touch akan menentukan dengan perempuan siapa seorang lelaki ditakdirkan. Masalah akan timbul ketika sentuhan akhir tidak equivalen dengan sentuhan awal pada saat bersepakat untuk berpacaran. Sehingga cukup banyak juga lelaki yang kemudian gagal menuju jenjang selanjutnya yaitu pernikahan ketika sentuhan ini terasa hambar, seperti pepatah bagaikan sayur tanpa garam.
Belajar dari lirik lagu Ari lasso diatas, di era kepemimpinan dalam atmosfir demokrasi dengan sistem pemilihan langsung maka proses memikat hati rakyat dengan sentuhan visi, misi dan program maupun gaya kepemimpinan merupakan suatu hal yang mutlak harus dilakukan oleh seorang kandidat Presiden/Kepala Daerah maupun Calon Anggota Legislatif.

Beberapa contoh pemimpin yang berhasil menyentuh dan mampu memikat hati rakyat dan kemudian memenangkan pertarungan dalam proses pemilihan kepala daerah. Jokowi atau Joko Widodo dan Ahok atau Basuki T. Purnama, dua sosok fenomenal yang mampu menyentuh hati rakyat DKI Jakarta pada Pemilukada DKI Jakarta tahun 2012 lalu. Jokowi - Ahok mampu memikat hati rakyat Jakarta dengan slogan "Jakarta Baru" dan kemeja kotak-kotak serta tawaran program-program diantaranya Kartu Jakarta Sehat dan  Kartu Jakarta Pintar. Ditambah lagi dengan gaya kepemimpinannya yang sederhana, tegas dan merakyat dengan gaya "blusukan". Nama Jokowi kemudian menjadi fenomena di Indonesia bahkan hasil survey beberapa lembaga survey menempatkan Jokowi sebagai kandidat Capres terkuat.

Contoh berikutnya, saya tidak mengambil sosok SBY karena kita pasti sudah tahu akhir ceritanya seperti apa, saya mengambil saja contoh untuk di daerah Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah tempat saya lahir, besar dan mati mungkin contohnya adalah Sofhian Mile dan Herwin Yatim (Smile-Win). Pasangan ini memenangkan proses Pemilukada Kab. Banggai tahun 2011 dengan slogan "Membangun Banggai dari Desa" dan tawaran program yang disertai pengalaman Sofhian Mile sebagai mantan anggota DPR RI berhasil menyentuh hati rakyat Kabupaten Banggai untuk kemudian menggerakkan tangannya memilih pasangan ini di bilik suara.

Sentuhan awal telah merasuki hati rakyat, kepemimpinan telah diraih dan saat ini proses pemenuhan kebutuhan hati rakyat yang merupakan penggenapan janji saat kampanye sedang berjalan. Ditengah proses pemenuhan janji ini tentunya ada kritik, protes dan masukan yang harus dimaknai secara bijak sebagai bentuk timbal balik cinta agar hubungan antara rakyat dan pemimpin semakin erat.

Setiap awal pasti ada akhirnya, maka saat ini kita yang sedang dipimpin menanti sentuhan akhir dari pemimpin kita masing-masing. Apakah sentuhan akhir (finishing touch) tersebut akan berbuah gol kesuksesan yang membuat kita tambah jatuh cinta kepada pemimpin kita atau malah cinta kita diawal tadi berubah jadi cacian dan umpatan yang berujung pada kebencian? Pertanyaan ini hanya akan terjawab di akhir periode kepemimpinan Jokowi maupun Sofhian Mile serta pemimpin lainnya.

Selamat menanti sentuhan akhir pemimpin kita!

Share :

No comments:

Post a Comment