Tuesday, August 20, 2013

Sistem Kontrak ala Pelatih Sepakbola Cocok Diterapkan Dalam Memilih Pemimpin

Ditengah maraknya kasus korupsi yang melibatkan banyak pemimpin, politisi, birokrat dan kemiskinan rakyat Indonesia yang semakin parah serta janji-janji politik yang tidak pernah terpenuhi, kita selalu diperhadapkan dengan agenda lima tahunan yaitu Pemilihan Umum Calon Anggota Legislatif dan Presiden/Wakil Presiden maupun Pemilihan Umum Kepala Daerah. Rakyat Indonesia yang telah memiliki hak pilih memiliki kebebasan untuk menggunakan hak pilihnya atau tidak/golput.
Namun, proses politik tersebut kadang berujung pada kekecewaan terhadap pemimpin yang kita pilih karena tidak amanah. Menjadi pertanyan kita apakah sistem demokrasi yang kita anut selama ini hanya menghasilkan pemimpin / politisi yang bermental korupsi, kolusi dan nepotisme? Sehingga ada sebagian masyarakat yang ingin mengganti sistem demokrasi dengan sistem khilafah?
Saya bukan pakar politik untuk menjelaskan mengapa hal tersebut terjadi. Namun menurut saya ada solusi alternatif yang perlu dikaji bersama tentang pola atau sistem rekruitmen kepemimpinan secara nasional maupun daerah yang bisa diterapkan untuk memilih Pemimpin/Kepala Daerah di Indonesia, yaitu sistem kontrak ala pelatih sepakbola.
Sistem kontrak yang saya maksudkan disini mirip kontrak Pelatih klub sepakbola, dimana seseorang yang memiliki prestasi kepemimpinan akan dikontrak selama waktu tertentu untuk menjadi Gubernur, Bupati atau Walikota suatu daerah di Indonesia. Jadi bisa saja seseorang yang dianggap berprestasi memimpin suatu daerah misalnya daerah A setelah masa kontraknya berakhir akan dikontrak untuk memimpin di Daerah B.
Saya hampir meyakini dengan sistem kontrak seperti ini akan memacu setiap orang yang dikontrak menjadi kepala daerah untuk membuat prestasi yang baik bagi daerah yang mengontraknya dan apabila berhasil didaerah tersebut tentunya akan menaikan posisi tawarnya untuk memimpin di daerah lain yang bisa membayar lebih nilai kontraknya. Demikian sebaliknya apabila tidak berprestasi maka bisa saja diberhentikan atau tidak ada daerah yang berminat mengontraknya.
Mari kita diskusikan

Selengkapnya

Sunday, August 18, 2013

Selamat Hari Raya Proklamasi Kemerdekaan RI yang ke-68, mohon maaf lahir dan bathin

Menghadiri Upacara Proklamasi. foto: Alan
Sabtu, 17 Agustus 2013 pagi sekitar jam 07.03 Wita aku telah berkemas-kemas untuk menghadiri Upacara Peringatan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-68 Tahun 2013 di Kabupaten Banggai yang dilaksanakan di lapangan Alun-alun Bumi Mutiara Luwuk. Demi menghadiri acara ini aku tidak tidur semalaman, maklum kebiasaan burukku yang sering lupa bangun pagi. Aku hadir dalam kapasitas selaku Ketua Badan Pengurus Cabang Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Luwuk Banggai. Setelah berpakaian kemeja batik GMKI dan mengenakan atribut organisasi aku pun berjalan kaki menuju lapangan yang hanya berjarak kurang lebih 100 M dari kampus Universitas Tompotika Luwuk.

Di luar lapangan aku bertemu dengan rekan pengurus GMKI Cabang Luwuk, KNPI Kabupaten Banggai dan Pemuda Pancasila Kab. Banggai. tak lama bersenda gurau kami pun menuju alun-alun dan mengambil tempat duduk di barisan ke tiga tribun VIP B sebelah kiri tribun utama. 

Tak lama duduk kami diberikan souvenir dan snack dari panitia pelaksana. sambil menunggu Upacara dimulai kunikmati snack yang diberikan pandangan mataku mulai mengamati seluruh penjuru alun-alun. Dekorasi yang didominasi warna merah putih menghiasi tribun utama termasuk tribun yang kami tempati dan beberapa tenda. Dua buah baliho dari Bupati dan wakil Bupati tampak diseberang alun-alun berisi pesan HUT Kemerdekaan RI dan satu baliho dari Pengurus PPI Kab. Banggai didekat perempatan jalan serta beberapa spanduk ucapan dan umbul-umbul dipasang dipagar yang mengelilingi alun-alun. 

Di lapangan para peserta pun mulai mengatur barisannya masing-masing. Ada pasukan TNI, Polri, Pol PP, Polhut, Pemuda Pancasila, Pemadam Kebakaran, Dinas Perhubungan, KORPRI, Mahasiswa, Siswa SD-SMP-SMA dan Pramuka serta Kelompok Penyanyi dan Drumband. Sementara di tribun dan tenda mulai dipenuhi pejabat eselon II, III dan IV, veteran, organisasi kepemudaan, TP-PKK, Pengurus Pramuka, Camat, Lurah / Kepala Desa, orang tua Paskibraka, para penerima penghargaan dan undangan lainnya. Panitia dan petugas upacara pun sibuk mengatur segalanya dan mengambil posisi masing-masing.
Tak berapa lama kemudian rombongan Bupati dan Wakil Bupati Banggai serta unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah bersama istri pun tiba dan langsung menempati tribun utama. Perwira Upacara pun langsung melaporkan kesiapan pelaksanaan upacara kepada Bupati Banggai yang bertindak sebagai Inspektur Upacara.

Di bawah cuaca yang cerah berawan Upacara Peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI di Kabupaten Banggai dimulai. Diawali dari laporan Komandan Upacara kemudian Paskibraka yang sukses mengibarkan duplikat bendera diringi Lagu Kebangsaan Indonesia Raya dari Kelompok Penyanyi yang agak tidak bersemangat setelah itu Hening Cipta yang dipimpin oleh Bupati Banggai Bapak M. Sofhian Mile, dilanjutkan dengan Andika Bhayangkari. Pembacaan teks Proklamasi oleh Ketua DPRD Kabupaten Banggai Bapak Samsul Bahri Mang, naskah Pembukaan UUD RI 1945 oleh Ketua DPK KNPI Kab. Banggai Ibu Batia Sisilia Hadjar serta Pembacaan Doa oleh Kepala Kemenag Kab. Banggai.

Upacara pun selesai diisi dengan penyerahan penghargaan oleh Bupati Banggai yang didampingi Wakil Bupati dan Unsur Forkompimda kepada para penerima penghargaan. 

Ritual tahunan ini pun selesai. Namun ada beberapa saran yang menurut saya perlu diperhatikan kedepannya dalam penyelenggaraan Peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia di Kabupaten Banggai, yaitu:
1. Hari Kemerdekaan merupakan hari yang sangat berarti bagi seluruh Rakyat NKRI dalam sejarah perjuangan kebebasan dari penjajahan. Hendaknya perayaan Hari Kemerdekaan dikemas dalam bentuk pesta rakyat dimana rakyat merayakan kebebasannya dari ketertindasan dengan mengedepankan aspek sosialnya dibanding seremonial belaka.
2. Nasionalisme dan Patriotisme kita mungkin lagi dalam kondisi down. Bila perayaan Hari-hari besar agama banyak sekali baliho maupun spanduk ucapan yang terpampang disetiap sudut jalan dan rumah-rumah ibadah, namun ketika Hari Besar Nasional sangat kurang.
3. Terkait pelaksanaan Upacara Peringatan Proklamasi yang sempat saya ikuti tadi, ada beberapa catatan teknis :
a) Mikrofon Pembawa Acara bila tidak digunakan sebaiknya di-off-kan agar hembusan angin tidak mengganggu suasana khidmat.
b) Posisi pembaca acara dan segala macam hadiah/piala sebaiknya tidak berada disamping tribun utama agar tidak mengganggu pandangan dari undangan yang duduk di tribun belakang samping tribun utama, bisa saja dibuatkan satu tenda disamping kiri tribun VIP B.
c) Kameramen atau fotografer sebaiknya tidak bergerombol disamping tribun utama, selain berisik juga hilir mudik mengganggu pandangan para undangan. Gunakan lensa yang mampu menjangkau dari kejauhan.
d) Pasukan berbaris terutama kalangan PNS sebaiknya tidak semuanya diikutkan cukup keterwakilan agar tidak bergerombol atau diberikan tanggungjawab kepada masing-masing SKPD untuk menertibkan barisannya.
e) Pengibaran bendera yang merupakan inti acara sebaiknya dibuat kreatif lagi, misalnya pasukan 8 setelah menerima duplikat bendera, pasukan melakukan parade mengelilingi peserta upacara sebelum dikibarkan agar peserta dapat melihat bendera yang akan dikibarkan, maklum bendera adalah simbol negara yang mengandung nilai patriotisme disamping itu juga peserta ingin melihat kepiawaian baris berbaris Paskibraka.
f)  Kelompok Penyanyi/Paduan Suara sebaiknya yang sudah profesional agar kualitas suaranya terjamin
g) Inspektur Upacara sebaiknya membacakan teks proklamasi, karena pada saat proklamasi, Soekarno juga yang membacakannya teks proklamasi, kasihan juga Irup sudah capek-capek berdiri terus hanya berbicara "laksanakan", "lanjutkan", "bubarkan"

Mungkin itu saja masukan saya, kalau ada yang perlu ditambahkan silahkan atau ada yang perlu didiskusikan mari kita diskusikan bersama.

Selamat Hari Raya Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-68 Tahun 2013, Semoga menjadi Negara yang merdeka dengan Manusia yang merdeka!! Mohon maaf lahir dan batin.
Salam perjuangan



Selengkapnya

Saturday, August 17, 2013

Bagi Pemimpin Kita, Indonesia itu apa ya?


“Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal objeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung.”- Soe Hok Gie.

Kalimat diatas dikatakan oleh Soe Hok Gie ketika dia bersama rekan-rekan pecinta alam ditanya oleh teman-temanya mengapa naik gunung. Kalimat yang bermakna mendalam soal bagaimana mencintai tanah air Indonesia. Bukan dengan pekikan "merdeka" tapi dengan mendekatkan diri kepada obyek yaitu alam dan rakyat Indonesia.

Tak terasa Negara Kesatuan Republik Indonesia telah berusia 68 tahun sejak diproklamirkan oleh anak muda Indonesia Soekarno-Hatta dan kawan-kawan. Perjuangan untuk bebas dari segala bentuk penjajahan telah di proklamasikan oleh para Founding Father negara ini. Indonesia pun telah berganti-ganti presiden sejak era Soekarno sampai SBY perjuangan untuk bebas dari penjajahan dengan memacu pembangunan terus dilakukan. Namun pertanyaannya apakah di usia yang terbilang cukup dewasa ini Indonesia telah bebas  menjadi bangsa yang merdeka? Bebas menentukan nasibnya sendiri tanpa intervensi dari pihak manapun? Secara jujur kita akan berkata belum dan malah jawaban ekstrim-nya kita malah semakin terjajah, secara ekonomi, politik, budaya, hukum dan lain-lain.

Berbagai sumber daya alam dan sendi ekonomi lainnya dikuasai oleh pihak asing, politik Indonesia dihuni politikus dan birokrat korup, budaya Indonesia tergerus budaya asing dan penegakkan hukum di Indonesia masih milik kaum berduit. Indonesia belum merdeka secara substansial.

Pemimpin kita baik di pusat maupun daerah belum mampu mengantarkan rakyat Indonesia keluar dari lingkaran kemiskinan. Cukup banyak pemimpin kita yang belum memiliki rasa cinta tanah air sehingga mengorbankan rakyatnya hanya untuk memperkaya diri dan kelompoknya dan sungguh banyak pemimpin kita yang bahkan tidak mengenal daerah dan rakyatnya dikarenakan tidak pernah berinteraksi secara langsung dengan alam dan rakyatnya.

Salam

Selengkapnya