Monday, January 20, 2014

Mendulang Suara di Tengah Bencana?


Sebelumnya saya mohon maaf bagi para korban bencana dimanapun berada, tulisan ini bukan bermaksud melecehkan saudara/saudari sekalian, akan tetapi tulisan ini hanya sebagai hasil perenungan terhadap fenomena baru yang terjadi disekitar kita yang sepertinya perlu juga kita kritisi terhadap kehadiran atau perilaku partai maupun caleg yang tiba-tiba hadir dengan segala atributnya ditengah para korban bencana alam maupun bencana buatan.

Bencana alam baik itu banjir, longsor, erupsi gunung api, dan lain-lain bukan merupakan takdir yang tiba-tiba hadir menghempaskan kehidupan manusia. Dalam pemahaman saya, setiap bencana merupakan sebuah proses sebab akibat. Sejak saya SD dulu dalam mata pelajaran IPA kita diajarkan apabila kita mengunduli hutan maka akan terjadi erosi dan banjir. Pelajaran ini seharusnya membuat hidup kita bisa bersahabat dengan alam. Bagaimana kita memperlakukan alam agar bermanfaat dalam kehidupan kita dan menjaganya agar tetap lestari.

Kita menyadari, bahwa kondisi alam dan lingkungan Indonesia sedang mengalami degradasi akibat keserakahan sebagaian manusia yang hanya mementingkan kehidupannya tanpa memikirkan kelangsungan hidup manusia berikutnya. Berbagai lembaga, baik pemerintah maunpun NGO telah menyampaikan laporan tentang kondisi alam kita yang sudah pada tahap kritis akibat penebangan pohon, tambang dan perkebunan skala besar secara legal maupun illegal.  Kemudian perilaku kita yang masih sering lupa tempat buang sampah dimana.

Awal Tahun 2014, rasa solidaritas kebangsaan kita sedang di uji dengan berbagai macam bencana. Dimana-mana terjadi bencana banjir, longsor, erupsi, kebakaran dan lain-lain. Rasa persaudaraan kita sebagai sesama manusia dan anak bangsa ikut tergerak untuk membantu meringankan kesedihan dari saudara/saudari kita yang sedang mengalami derita. Semua bergerak. Lembaga/institusi pemerintah maupun masyarakat terjun ke medan bencana untuk memberi pertolongan, seperti BNPB, PMI, Tagana, Yayasan, dan lain-lain. Berbagai Posko Bantuan didirikan dimana-mana untuk menggalang dan menyalurkan segala bentuk bantuan. Tak ketinggalan pula Partai Politik maupun Caleg / Capres secara individu ikut bersama-sama berbagi bantuan.

Bantuan bagi korban bencana maupun bagi orang yang sedang membutuhkan merupakan hal yang biasa selama itu dilakukan dengan penuh ketulusan dan keikhlasan tanpa berharap sesuatu dibalik bantuan tersebut, kecuali pinjaman bantuan kredit bank atau usaha finance.
Namun, ada fenomena yang menarik bagi kita saat ini, dimana beberapa partai politik maupun calon anggota legislatif ikut terjun memberikan bantuannya lengkap dengan atribut kepartaian. Sekali lagi, hal ini biasa saja apabila dilakukan dengan tulus dan ikhlas tanpa berharap "sesuatu" dibalik bantuan tersebut. Sayangnya bila ada parpol atau caleg yang memanfaatkan bencana ini sebagai ajang untuk menunjukkan bahwa partai atau caleg tersebut sangat peduli dengan korban bencana sehingga para korban nanti kemudian akan memilihnya pada Pemilu April 2014 mendatang.

Perlu kita sadari bahwa Partai Politik adalah lembaga politik yang merekrut para Caleg dan pemimpin eksekutif dan kemudian dipilih oleh rakyat untuk mewakili aspirasi rakyat dan memimpin rakyat menuju pada kesejahteran seluruh rakyat. Parpol maupun Aleg/Caleg bukanlah sinterklas yang datang disaat kita sedang tertimpa bencana, akan tetapi Parpol/Aleg/Caleg melalui lembaga legislatif maupun eksekutif memperjuangkan kebutuhan rakyatnya agar terhindar dari bencana kebodohan, kemiskinan, kemelaratan, kebanjiran dan sebagainya.

Pertanyaan kita sekarang adalah apakah ada parpol maupun anggota legislatif/caleg yang begitu gigih memperjuangkan mitigasi bencana? Apakah ada parpol maupun anggota legislatif/caleg yang begitu gigih memperjuangkan hutan Indonesia agar tetap lestari? Apakah ada parpol maupun anggota legislatif/caleg yang begitu gigih memperjuangkan masalah lingkungan di Indonesia?

Misalnya saja di Provinsi DKI Jakarta, ketika Jokowi memprioritaskan Jakarta bebas dari banjir dan macet, apakah semua partai yang memiliki kursi di DPRD DKI Jakarta ikut mendukung sepenuhnya program Pemprov. DKI Jakarta? Atau malah mungkin sebaliknya mereka berharap agar banjir tetap terjadi sehingga Jokowi gagal mengatasi banjir  sehingga dengan sumringah mereka segera turun lengkap dengan atributnya mendirikan Posko dan memberikan bantuan agar menarik simpati rakyat dan di cap Partai Peduli Banjir untuk mendulang suara di tengah banjir tersebut demi kepentingan Pemilu pada April 2014.
Kita berharap semoga kerisauan saya ini tidak pernah ada dihati kita, karena seperti pepatah dulu mengatakan "lebih baik mencegah daripada mengobati", lebih baik mencegah banjir daripada berharap suara ditengah banjir.

Mungkin dibalik meluapnya bantuan kita perlu menaikkan status hati kita dari "waspada" menjadi "siaga" agar bisa memaknai bantuan yang tak tulus dan ikhlas. Jangan menuai kepentingan dari derita para korban.
Salam Adil dan Lestari!

Share :

No comments:

Post a Comment