Sentuhlah dia
Tepat di hatinya
Dia kan jadi milikmu selamanya
Sentuh dengan setulus cinta
Buat hatinya sampai melayang
Tepat di hatinya
Dia kan jadi milikmu selamanya
Sentuh dengan setulus cinta
Buat hatinya sampai melayang
Sepenggal lirik lagu "Rahasia Perempuan" Ari Lasso diatas seakan
mengingatkan kita pada bagaimana seharusnya mencuri hati seorang
perempuan. Perempuan yang bagi banyak lelaki normal merupakan sesuatu
yang "misteri" kadang sulit dipahami, rumit dimengerti bahkan bisa
menyebabkan serangan kegalauan. Namun sangat dibutuhkan dalam perjalanan
hidup seorang lekaki didunia ini. Takdir seorang pria akan berpasangan
dengan seorang lelaki hanya Tuhan yang tahu. Akan tetapi proses menuju
takdir tersebut sangat ditentukan oleh yang namanya "sentuhan" dari
seorang lelaki pada seorang perempuan.
Sentuhan akhir atau finishing touch akan menentukan dengan
perempuan siapa seorang lelaki ditakdirkan. Masalah akan timbul ketika
sentuhan akhir tidak equivalen dengan sentuhan awal pada saat bersepakat
untuk berpacaran. Sehingga cukup banyak juga lelaki yang kemudian gagal
menuju jenjang selanjutnya yaitu pernikahan ketika sentuhan ini terasa
hambar, seperti pepatah bagaikan sayur tanpa garam.
Belajar dari lirik lagu Ari lasso diatas, di era kepemimpinan dalam
atmosfir demokrasi dengan sistem pemilihan langsung maka proses memikat
hati rakyat dengan sentuhan visi, misi dan program maupun gaya
kepemimpinan merupakan suatu hal yang mutlak harus dilakukan oleh
seorang kandidat Presiden/Kepala Daerah maupun Calon Anggota Legislatif.
Beberapa contoh pemimpin yang berhasil menyentuh dan mampu memikat hati
rakyat dan kemudian memenangkan pertarungan dalam proses pemilihan
kepala daerah. Jokowi atau Joko Widodo dan Ahok atau Basuki T. Purnama,
dua sosok fenomenal yang mampu menyentuh hati rakyat DKI Jakarta pada
Pemilukada DKI Jakarta tahun 2012 lalu. Jokowi - Ahok mampu memikat hati
rakyat Jakarta dengan slogan "Jakarta Baru" dan kemeja kotak-kotak
serta tawaran program-program diantaranya Kartu Jakarta Sehat dan Kartu
Jakarta Pintar. Ditambah lagi dengan gaya kepemimpinannya yang
sederhana, tegas dan merakyat dengan gaya "blusukan". Nama Jokowi
kemudian menjadi fenomena di Indonesia bahkan hasil survey beberapa
lembaga survey menempatkan Jokowi sebagai kandidat Capres terkuat.
Contoh berikutnya, saya tidak mengambil sosok SBY karena kita pasti
sudah tahu akhir ceritanya seperti apa, saya mengambil saja contoh untuk
di daerah Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah tempat saya lahir,
besar dan mati mungkin contohnya adalah Sofhian Mile dan Herwin Yatim
(Smile-Win). Pasangan ini memenangkan proses Pemilukada Kab. Banggai
tahun 2011 dengan slogan "Membangun Banggai dari Desa" dan tawaran
program yang disertai pengalaman Sofhian Mile sebagai mantan anggota DPR
RI berhasil menyentuh hati rakyat Kabupaten Banggai untuk kemudian
menggerakkan tangannya memilih pasangan ini di bilik suara.
Sentuhan awal telah merasuki hati rakyat, kepemimpinan telah diraih dan
saat ini proses pemenuhan kebutuhan hati rakyat yang merupakan
penggenapan janji saat kampanye sedang berjalan. Ditengah proses
pemenuhan janji ini tentunya ada kritik, protes dan masukan yang harus
dimaknai secara bijak sebagai bentuk timbal balik cinta agar hubungan
antara rakyat dan pemimpin semakin erat.
Setiap awal pasti ada akhirnya, maka saat ini kita yang sedang dipimpin menanti sentuhan akhir dari pemimpin kita masing-masing. Apakah sentuhan akhir (finishing touch) tersebut akan berbuah gol kesuksesan yang membuat kita tambah jatuh cinta kepada pemimpin kita atau malah cinta kita diawal tadi berubah jadi cacian dan umpatan yang berujung pada kebencian? Pertanyaan ini hanya akan terjawab di akhir periode kepemimpinan Jokowi maupun Sofhian Mile serta pemimpin lainnya.
Selamat menanti sentuhan akhir pemimpin kita!
No comments:
Post a Comment