Tampilan sederhana www.kawalpemilu.org |
Ditengah kebingungan rakyat Indonesia atas data hasil perolehan pemungutan suara pada Pemilihan Umum (Pemilu) Presiden/Wakil Presiden RI Periode 2014-2019 yang sudah dilaksanakan pada 9 Juli 2014 lalu, demikian juga data quick count yang di rilis oleh beberapa lembaga survey juga menimbulkan polemik dikarenakan perbedaan hasil, tiba-tiba muncul situs www.kawalpemilu.org yang menyajikan tabulasi data real count dari hasil scan form C1 KPU.Situs www.kawalpemilu.org ini kemudian menjadi salah satu rujukan utama publik Indonesia karena dianggap mampu menyajikan data hasil tabulasi perolehan suara Pilpres dari dua kandidat.
Sebenarnya siapa sosok dibalik situs tersebut? Jawabnya adalah Ainun Najib bukan Emha Ainun Najib yang cendekiawan terkenal itu. Ainun Najib sosok utama yang menginisiasi website tersebut. Ainun adalah
alumnus Nanyang Technological University dan berdomisili di Singapura.
Ainun juga pernah menjadi juara olimpiade matematika. Ia kini bekerja
sebagai konsultan di sebuah perusahaan teknologi informasi terkemuka. Laki-laki kurus dan memelihara jenggot ini lahir 20
Oktober 1985 di pelosok desa. Ainun lahir dari pasangan Abdul Rozaq dan
Rustinah di Desa Klotok, Kecamatan Balongpanggang, Kabupaten Gresik,
Jawa Timur.
Ainun Najib dan anaknya |
Apa latar belakang Ainun membuat kawalpemilu.org?
"Kita menyambut ajakan KPU dan Presiden SBY untuk mengawal penghitungan suara. Kedua capres juga menyerukan untuk mengawal. Kita lihat datanya tersedia, dan secara teknologi informasi bisa dioprek ternyata," kata Ainun kepada Metrotvnews.com melalui sambungan telepon, pada Selasa (15/7/2014).
Dalam hal ini Ainun tidak sendiri. Dia dibantu dua programmer yang saat ini bekerja di perusahaan teknologi ternama di Silicon Valley, Amerika Serikat. Keduanya anak Indonesia alumni Tim Olimpiade Komputer Indonesia. "Perusahaannya kita sudah tahu semua. Dua orang programmer itu yang membuat programnya," ujar Ainun dalam logat Jawa yang kental.Sayangnya kedua programmer itu enggan dimunculkan identitasnya.
"Kita menyambut ajakan KPU dan Presiden SBY untuk mengawal penghitungan suara. Kedua capres juga menyerukan untuk mengawal. Kita lihat datanya tersedia, dan secara teknologi informasi bisa dioprek ternyata," kata Ainun kepada Metrotvnews.com melalui sambungan telepon, pada Selasa (15/7/2014).
Dalam hal ini Ainun tidak sendiri. Dia dibantu dua programmer yang saat ini bekerja di perusahaan teknologi ternama di Silicon Valley, Amerika Serikat. Keduanya anak Indonesia alumni Tim Olimpiade Komputer Indonesia. "Perusahaannya kita sudah tahu semua. Dua orang programmer itu yang membuat programnya," ujar Ainun dalam logat Jawa yang kental.Sayangnya kedua programmer itu enggan dimunculkan identitasnya.
"Mereka membuat sistem dalam waktu dua hari," kata Ainun kepada Metrotvnews.com. Ainun sendiri berdomisili di Singapura. Mereka bekerja secara remote dan mengandalkan komunikasi dunia maya.
Dijelaskan dia, data yang muncul di website KPU kemudian diambil secara sistem ke kawalpemilu.org. Ainun mengaku menggunakan dua server. Satu server untuk internal, satu server untuk kepentingan penayangan situs kawalpemilu.org. ke publik.
"Server yang internal ini kami rahasiakan. Jadi kalau ada serangan, ada contigency plan yang kami siapkan," kata dia.
Untuk entry data, Ainun sejauh ini mengandalkan 700 relawan yang menggunakan Facebook sebagai basis akun untuk bisa menginput data. "Jadi 700 relawan itu bergabung di Facebook group kami dan hanya mereka yang punya akses ke server internal kami," jelasnya.
Server yang dibuka untuk publik itulah yang mengambil data setiap 10 menit dari server internal. Ainun juga mengatakan, setiap ada data masuk akan diketahui siapa yang memasukkan. "Jadi kalau ada yang mengacau, bisa kita ketahui," imbuhnya.
Menurut Menurut Elisa Sutanudjaja, salah satu relawan tim kawalpemilu.org menggunakan alat scanner dalam bentuk program (software) yang ditaruh tepat di lembar scan
KPU. Dengan cara ini, tiap KPU memperbarui data, tabulasi hasil
rekapitulasi milik Kawalpemilu.org juga ikut diperbarui. Program yang
digunakan hanya men-scan bagian tertentu, seperti angka. “Data asli dari KPU. Tiap kali KPU ganti data, (data) kami juga ter-update,” katanya.
Elisa menuturkan timnya bisa melakuan tabulasi hasil rekapitulasi disebabkan oleh pemerintah sudah menginisiasi open government. Atas hal ini, KPU pun harus menampilkannya dalam bentuk open data. Dengan bentuk open data, hal tersebut bisa dilakukan dengan menentukan format tertentu dari scan serta resolusinya.
Elisa mengklaim timnya tidak perlu meminta izin kepada KPU lantaran mendapatkan paparan dari open data lembaga penyelenggara pemilu itu. “Mau-tidak mau kodenya terbuka untuk umum, koding-nya terbuka,” ujarnya.
Laman http://kawalpemilu.org membuat tabulasi hasil rekapitulasi C1 dari situs www.kpu.go.id. Data tersebut diunggah dan diperbarui setiap sekitar sepuluh menit. Situs yang menampilkan data real count ini bukan resmi dari KPU
Elisa menuturkan timnya bisa melakuan tabulasi hasil rekapitulasi disebabkan oleh pemerintah sudah menginisiasi open government. Atas hal ini, KPU pun harus menampilkannya dalam bentuk open data. Dengan bentuk open data, hal tersebut bisa dilakukan dengan menentukan format tertentu dari scan serta resolusinya.
Elisa mengklaim timnya tidak perlu meminta izin kepada KPU lantaran mendapatkan paparan dari open data lembaga penyelenggara pemilu itu. “Mau-tidak mau kodenya terbuka untuk umum, koding-nya terbuka,” ujarnya.
Laman http://kawalpemilu.org membuat tabulasi hasil rekapitulasi C1 dari situs www.kpu.go.id. Data tersebut diunggah dan diperbarui setiap sekitar sepuluh menit. Situs yang menampilkan data real count ini bukan resmi dari KPU
No comments:
Post a Comment