Sebelumnya saya mohon maaf bagi para korban bencana dimanapun berada,
tulisan ini bukan bermaksud melecehkan saudara/saudari sekalian, akan
tetapi tulisan ini hanya sebagai hasil perenungan terhadap fenomena baru
yang terjadi disekitar kita yang sepertinya perlu juga kita kritisi
terhadap kehadiran atau perilaku partai maupun caleg yang tiba-tiba
hadir dengan segala atributnya ditengah para korban bencana alam maupun
bencana buatan.
Bencana alam baik itu banjir, longsor, erupsi gunung api, dan lain-lain
bukan merupakan takdir yang tiba-tiba hadir menghempaskan kehidupan
manusia. Dalam pemahaman saya, setiap bencana merupakan sebuah proses
sebab akibat. Sejak saya SD dulu dalam mata pelajaran IPA kita diajarkan
apabila kita mengunduli hutan maka akan terjadi erosi dan banjir.
Pelajaran ini seharusnya membuat hidup kita bisa bersahabat dengan alam.
Bagaimana kita memperlakukan alam agar bermanfaat dalam kehidupan kita
dan menjaganya agar tetap lestari.
Kita menyadari, bahwa kondisi alam dan lingkungan Indonesia sedang
mengalami degradasi akibat keserakahan sebagaian manusia yang hanya
mementingkan kehidupannya tanpa memikirkan kelangsungan hidup manusia
berikutnya. Berbagai lembaga, baik pemerintah maunpun NGO telah
menyampaikan laporan tentang kondisi alam kita yang sudah pada tahap
kritis akibat penebangan pohon, tambang dan perkebunan skala besar
secara legal maupun illegal. Kemudian perilaku kita yang masih sering
lupa tempat buang sampah dimana.
Awal Tahun 2014, rasa solidaritas kebangsaan kita sedang di uji dengan
berbagai macam bencana. Dimana-mana terjadi bencana banjir, longsor,
erupsi, kebakaran dan lain-lain. Rasa persaudaraan kita sebagai sesama
manusia dan anak bangsa ikut tergerak untuk membantu meringankan
kesedihan dari saudara/saudari kita yang sedang mengalami derita. Semua
bergerak. Lembaga/institusi pemerintah maupun masyarakat terjun ke medan
bencana untuk memberi pertolongan, seperti BNPB, PMI, Tagana, Yayasan,
dan lain-lain. Berbagai Posko Bantuan didirikan dimana-mana untuk
menggalang dan menyalurkan segala bentuk bantuan. Tak ketinggalan pula
Partai Politik maupun Caleg / Capres secara individu ikut bersama-sama
berbagi bantuan.
Bantuan bagi korban bencana maupun bagi orang yang sedang membutuhkan
merupakan hal yang biasa selama itu dilakukan dengan penuh ketulusan dan
keikhlasan tanpa berharap sesuatu dibalik bantuan tersebut, kecuali
pinjaman bantuan kredit bank atau usaha finance.
Namun, ada fenomena yang menarik bagi kita saat ini, dimana beberapa
partai politik maupun calon anggota legislatif ikut terjun memberikan
bantuannya lengkap dengan atribut kepartaian. Sekali lagi, hal ini biasa
saja apabila dilakukan dengan tulus dan ikhlas tanpa berharap "sesuatu"
dibalik bantuan tersebut. Sayangnya bila ada parpol atau caleg yang
memanfaatkan bencana ini sebagai ajang untuk menunjukkan bahwa partai
atau caleg tersebut sangat peduli dengan korban bencana sehingga para
korban nanti kemudian akan memilihnya pada Pemilu April 2014 mendatang.
Perlu kita sadari bahwa Partai Politik adalah lembaga politik yang
merekrut para Caleg dan pemimpin eksekutif dan kemudian dipilih oleh
rakyat untuk mewakili aspirasi rakyat dan memimpin rakyat menuju pada
kesejahteran seluruh rakyat. Parpol maupun Aleg/Caleg bukanlah
sinterklas yang datang disaat kita sedang tertimpa bencana, akan tetapi
Parpol/Aleg/Caleg melalui lembaga legislatif maupun eksekutif
memperjuangkan kebutuhan rakyatnya agar terhindar dari bencana
kebodohan, kemiskinan, kemelaratan, kebanjiran dan sebagainya.
Pertanyaan kita sekarang adalah apakah ada parpol maupun anggota
legislatif/caleg yang begitu gigih memperjuangkan mitigasi bencana?
Apakah ada parpol maupun anggota legislatif/caleg yang begitu gigih
memperjuangkan hutan Indonesia agar tetap lestari? Apakah ada parpol
maupun anggota legislatif/caleg yang begitu gigih memperjuangkan masalah
lingkungan di Indonesia?
Misalnya saja di Provinsi DKI Jakarta, ketika Jokowi memprioritaskan
Jakarta bebas dari banjir dan macet, apakah semua partai yang memiliki
kursi di DPRD DKI Jakarta ikut mendukung sepenuhnya program Pemprov. DKI
Jakarta? Atau malah mungkin sebaliknya mereka berharap agar banjir
tetap terjadi sehingga Jokowi gagal mengatasi banjir sehingga dengan
sumringah mereka segera turun lengkap dengan atributnya mendirikan Posko
dan memberikan bantuan agar menarik simpati rakyat dan di cap Partai
Peduli Banjir untuk mendulang suara di tengah banjir tersebut demi
kepentingan Pemilu pada April 2014.
Kita berharap semoga kerisauan saya ini tidak pernah ada dihati kita,
karena seperti pepatah dulu mengatakan "lebih baik mencegah daripada
mengobati", lebih baik mencegah banjir daripada berharap suara ditengah
banjir.
Mungkin dibalik meluapnya bantuan kita perlu menaikkan status hati kita
dari "waspada" menjadi "siaga" agar bisa memaknai bantuan yang tak tulus
dan ikhlas. Jangan menuai kepentingan dari derita para korban.
Salam Adil dan Lestari!
No comments:
Post a Comment