Ditengah maraknya kasus korupsi
yang melibatkan banyak pemimpin, politisi, birokrat dan kemiskinan
rakyat Indonesia yang semakin parah serta janji-janji politik yang tidak
pernah terpenuhi, kita selalu diperhadapkan dengan agenda lima tahunan
yaitu Pemilihan Umum Calon Anggota Legislatif dan Presiden/Wakil
Presiden maupun Pemilihan Umum Kepala Daerah. Rakyat Indonesia yang
telah memiliki hak pilih memiliki kebebasan untuk menggunakan hak
pilihnya atau tidak/golput.
Namun, proses politik tersebut kadang berujung pada kekecewaan terhadap
pemimpin yang kita pilih karena tidak amanah. Menjadi pertanyan kita
apakah sistem demokrasi yang kita anut selama ini hanya menghasilkan
pemimpin / politisi yang bermental korupsi, kolusi dan nepotisme?
Sehingga ada sebagian masyarakat yang ingin mengganti sistem demokrasi
dengan sistem khilafah?
Saya bukan pakar politik untuk menjelaskan mengapa hal tersebut terjadi.
Namun menurut saya ada solusi alternatif yang perlu dikaji bersama
tentang pola atau sistem rekruitmen kepemimpinan secara nasional maupun
daerah yang bisa diterapkan untuk memilih Pemimpin/Kepala Daerah di
Indonesia, yaitu sistem kontrak ala pelatih sepakbola.
Sistem kontrak yang saya maksudkan disini mirip kontrak Pelatih klub
sepakbola, dimana seseorang yang memiliki prestasi kepemimpinan akan
dikontrak selama waktu tertentu untuk menjadi Gubernur, Bupati atau
Walikota suatu daerah di Indonesia. Jadi bisa saja seseorang yang
dianggap berprestasi memimpin suatu daerah misalnya daerah A setelah
masa kontraknya berakhir akan dikontrak untuk memimpin di Daerah B.
Saya hampir meyakini dengan sistem kontrak seperti ini akan memacu
setiap orang yang dikontrak menjadi kepala daerah untuk membuat prestasi
yang baik bagi daerah yang mengontraknya dan apabila berhasil didaerah
tersebut tentunya akan menaikan posisi tawarnya untuk memimpin di daerah
lain yang bisa membayar lebih nilai kontraknya. Demikian sebaliknya
apabila tidak berprestasi maka bisa saja diberhentikan atau tidak ada
daerah yang berminat mengontraknya.
Mari kita diskusikan
No comments:
Post a Comment