Gunung Tompotika tampak dari Kecamatan Bualemo Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah | Foto: Ananto Praticno |
Gunung bagi seorang penggiat alam bebas atau pendaki merupakan sesuatu yang membuat kaki terasa gatal untuk terus menjejakkan langkah menelusuri lekukan permukaan tanahnya, menelusuri sungai dan menerobos hutan untuk menggapai puncak-puncaknya. Tak peduli tubuh tergores duri, di gigit serangga, diselimuti kabut/salju, terbakar matahari dan bahkan terkubur tanah.
Kabupaten Banggai sebagai kabupaten di ujung timur Sulawesi juga memiliki beberapa gunung, diantaranya Gunung Tompotika 1530 Mdpl, Gunung Hek 2565 Mdpl dan Gunung Julutumpu 2230 Mdpl. Ketiga gunung tersebut termasuk dalam kategori tidak aktif.
Gunung Tompotika walaupun ketinggiannya lebih rendah bila dibandingkan dengan dua gunung yang lain, namun gunung ini sangat dikenal oleh masyarakat kabupaten Banggai. Hal ini terkait dengan sejarah masa lampau masyarakat Banggai, Balantak dan Saluan. Di kalangan pendaki gunung terutama pencinta alam, gunung ini paling sering menjadi lokasi pendakian untuk berbagai kegiatan seperti ekspedisi, peringatan Hari Kemerdekaan maupun kegiatan pendidikan bagi anggota pencinta alam.
Jalur pendakian yang sering dilewati yaitu melalui Dusun Trans Tanah Merah Desa Sampaka Kecamatan Bualemo. Tranportasi menuju lokasi awal pendakian ini dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih 5 jam dengan kendaraan angkutan umum roda empat maupun roda dua dari Luwuk ibukota Kabupaten Banggai.
Dari Dusun Trans Tanah Merah, pendakian dilakukan melewati kebun milik penduduk sekitar kemudian melewati hutan dan menyeberangi beberapa sungai dan tiba di lokasi Camp Damar dengan waktu tempuh kurang lebih 8 jam dan kondisi medan bervariasi. Lokasi ini sering dijadikan tempat istirahat dan bermalam bagi para pendaki sebelum melanjutkan ke lokasi camp berikutnya pada esok hari dan disini kita harus mengisi air secukupnya untuk persediaan di lokasi camp berikutnya.
Perjalanan selanjutnya menuju Camp Pintu Angin dapat ditempuh kurang lebih 7 jam dengan kondisi jalur tanjakan dan melewati hutan pinus. Hutan pinus dijalur ini sering terbakar. Hembusan angin dingin di lokasi camp ini cukup kencang sehingga para pendaki menamakannya Camp Pintu Angin. Disini para pendaki sering bermalam sambil menikmati pemandangan Desa Bualemo dan sekitarnya.
Lokasi Pintu Angin Gunung Tompotika | Foto: Galank |
Pada esok harinya, pendakian menuju Puncak Seasea yang merupakan puncak tertinggi di Gunung Tompotika. Para pendaki umumnya hanya membawa perlengkapan yang perlu serta kebutuhan makan dan minum, perlengkapan lainnya disimpan didalam tenda. Waktu tempuh dari lokasi Camp Pintu Angin menuju Puncak Seasea kurang lebih 2 jam dengan kondisi medan variasi dan melewati bebatuan dan pohon-pohon khas hutan tropis. Puncak Seasea tertutup pepohonan dalam balutan lumut. Perjalanan dapat dilanjutkan ke Puncak Tompotika dengan waktu tempuh kurang lebih setengah jam.
Setelah puas menikmati keindahan puncak Gunung Tompotika dan mengabadikan dalam bentu foto, para pendaki kembali turun menuju lokasi Camp Pintu Angin. Biasanya setelah makan dan packing peralatan, perjalanan pulang menuju Dusun Trans Merah dimulai. Waktu tempuh perjalanan pulang ini kurang lebih 9 jam. Tiba kembali di dusun ini, para pendaki bisa bermalam dan esoknya dapat melanjutkan perjalanan pulang ke Luwuk.
Semoga bermanfaat, Salam Lestari!!!
hai mas, bisa ngantar naik ke tompotika? Salam kenal.
ReplyDeletemampir saja di sekretariat MAPALA UNTIKA, kampus Universitas Tompotika Luwuk
Delete